Jurnalutama.com (Tanjungpinang)- Putri Octaviani selaku Mahasiswa program studi Administrasi Publik di STISIPOL Raja Haji menyampaikan bahwa Bank Dunia mengingatkan resiko Stagflasi, Resesi hingga Perlambatan Ekonomi, Selasa (06/11/2022).
Apa saja perbedaannya, Menurut The Investopedia Team terkait resesi adalah kondisi penurunan Produk Domestik Bruto (PDB) atau biasa dibilang pertumbuhan ekonomi riil. Bernilai negative dalam dua kuartal berturut-turut, 1 kuartal ialah 3 bulan.
Jika suatu negara mengalami resesi dan dampaknya perdagangan melambat, bisnisnya lesu, pengangguran-pun meningkat sehingga masyarakat mengurangi daya belinya. Kemudian, inflasi adalah kenaikan harga barang dan jasa, serta salah satu contoh BBM naik. Bila harga barang-barang naik tetapi penghasilan belum naik maka daya beli warga pastinya turun.
Harga barang bisa naik dipengaruhi oleh dua hal karena kebutuhan dari costumernya naik secara tiba-tiba atau disebut Demand-Pull Inflation sebagai contoh pada saat Covid-19 kemarin banyak berebutan untuk membeli masker, hand sanitizer dan pada waktu bersamaan harga kedua barang itu naik.
Kedua, kenaikan harga biaya produksi naik dan disebut dengan Cost-push Inflation contohnya diindonesia harga minyak goreng naik tepung naik, telur juga naik, sudah pasti harga makanan seperti mie ayam ikutan naik.
Kemudian, tentang Stagflasi atau dalam bahasa inggrisnya adalah stagflation adalah perlambatan pertumbuhan ekonomi, tingkat pengangguran tinggi dan kenaikan harga yang berkelanjutan dalam jangka agak panjang. Apa yang menyebabkan semua hal ini bisa terjadi, mungkin krisis energi yang terjadi pasca dampak Corona maupun peperangan yang terjadi di Rusia dan Ukraina.
Apa saja Dampak resesi pada investasi yaitu resesi dan emas yang bisa dipertimbangkan untuk alat diversifikasi. Apakah emas itu mengalami kenaikan selama resesi, Ada dua jenis diantaranya orang yang pertama berfikir seperti nanti tidak punya dan butuh uang. Jika orang sedang perlu uang maka mereka akan menjual emasnya, kalau tiba-tiba banyak yang menjual emasnya dan pembelinya tak terlalu banyak seperti hari-hari biasanya, maka harga emas akan turun.
Selain itu, Ada juga orang yang berfikir jika sedang inflasi serta berpikir mata uang sedang turun maka mereka akan membeli emas agar nilai nominalnya aman. Andai tiba-tiba banyak orang yang membeli emas dan supply-nya seperti biasa maka harganya akan naik.
Nah, Jadi hati-hati bukan berarti jika nanti resesi harga emas akan naik. Apakah jika terjadi resesi artinya semua saham menjadi jelek dan tidak bernilai. Salah satu teori Dou “ the market discount everything ” pergerakan harga saham naik turun di market itu menandakan kondisi ekonomi dan biasanya harga saham bergerak lebih dulu dibandingkan ekonomi riilnya.
Jadi apa yang bisa kita lakukan nanti yaitu harus paham betul serta kita review dulu investasi yang sudah ada dan sesuaikan kembali dengan periode investasinya seperti contoh seandainya saham turun tahun ini apakah akan menggangu tujuan keuangan. Selanjutnya adalah berapa rupiah resiko terbesar yang boleh diambil dan ada pertimbangan- pertimbangan lainnya.(Al)
(Redaksi)
Comment